Rabu, 12 Oktober 2011

Arthur "Art" Clokey menghiasi SE Google hari ini



Pada hari ini Google memperingati salah satu tokoh besar  Animasi dengan media  tanah liat, Hasil kreasi seni luar biasanya tersebut, telah memberikan perubahan dan perkembangan dalam suatu karya seni, mungkin dari anda pernah menyaksikan di televisi beberapa film animasi yang mirip dengan permen karet, dan Video musik pertamanya yaitu Gumbasia, dimana bentuk tanah liat yang berwarna tersebut berpindah mengikuti irama Jazz, Arthur merupakan orang pertama yang memperkenalkan penggunaan  benda tanah liat, untuk model hewan, manusia sebagai iklan televisi dan pada hari ini google mengaplikasikannya kedalam tampilan depan mesin pencari  memperingati ulang tahun Art Clokey's 90th.

Kamis, 22 September 2011

Kanker Serviks Wajib dikenal oleh setiap wanita

Kanker Serviks

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Jadi, jangan lagi memandang ancaman penyakit ini dengan sebelah mata. Berikut 13 hal yang wajib Anda ketahui tentang kanker serviks.

1. Apa itu kanker serviks?

Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh.


2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut.


3. Apa penyebab kanker serviks?

Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.


4. Bagaimana penularan kanker serviks?

Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital. Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa berpindah melalui sentuhan kulit.

Mengenal Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker

Definisi Kanker
1.   Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan pertumbuhan sel-sel.
sel kanker
Penyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau mutasi dari segmen besar dari untai DNA yang mengandung banyak gen atau kehilangan segmen kromosom besar (Guyton, 1981).
2.   Kanker bukanlah penyakit tunggal dengan satu penyebab, melainkan merupakan grup penyakit berbeda dengan penyebab yang berbeda, manifestasi, perawatan dan prognosis (Brunner).

Epidemiologi Kanker
  • Jumlah pasien kanker meningkat di Amerika, Eropa, Asia
  • Kulit hitam lebih banyak dari kulit putih
  • Vegetarian lebih sedikit dari non vegetarian
  • Faktor penyebab utama :
-         Lingkungan, social
-         Fisik : radiasi, perlukaan/lecet
-         Kimia : makanan, industri, farmasi, rokok
-         Genetik : payudara, uterus
-         Virus : umumnya pada binatang

Karakteristik dari neoplasma
Karakteristik Neoplasma
Sumber : Bouchard, R., and Owens, N. F.; Nursing care of the cancer patient, 3rd ed., St. Louis,  1976, The C.V. Mosby Co.


Jenis/Lokasi Kanker

1. Payudar
2. Kolon rektum
3. Laring
4. Paru
5. Leukemia
6. Pankreas
7. Prostat
8. Gaster
9. Uterus
10. Serviks
11. Lain : Hodgkin’s, Thyroid dll

Penamaan Kanker
Dinamakan bedasarkan jaringan asalnya. Sarcoma berasal dari jaringan mesodermal yang terdiri dari jaringan ikat, tulang, kartilage, lemak, otot dan pembuluh darah. Osteosarcoma menunjukan kanker tulang. Carcinoma menunjukan tumor yang berasal dari jaringan epitel seperti membran mukosa dan kelenjar (termasuk didalamnya kanker payudara, ovarium, dan paru). Kanker sumsum tulang disebut dengan myeloma. Sementara kanker darah atau hemopoietik dikenal sebagai balstoma dan tumor dapat meliputi kanker lympe, eritrosit, dan sel mieloid. Leukemias menjelaskan tentang kanker yang berasal dari sel darah putih yang dapat di golongkan menjadi myeloid, lymphatik atau monositik

Peran Perawat

- Promotif sampai dengan rehabilitatif
- Memberi dukungan  klien terhadap prosedur diagnostik
- Mengenali kebutuhan psiko sosial dan spiritual
- Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi klien
- Memberi bantuan bagi klien yang mendapat pengobatan
   anti kanker/terhadap keganasan
- Membantu klien fase penyembuhan/rehabiltasi
- Membantu klien untuk tindak lanjut pengobatan
- Berpartisipasi dalam koleksi data penelitian/registrasi kanker

Diagnostik Kanker

- Riwayat keperawatan & penyakit, sosial, pemeriksaan fisik
- Biopsi  patologis
- Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: 
  elektrolit & LFT & BUN & chreatinin
- Imaging : foto toraks, scan-nuklir, CT-scan, MRI.
Manajemen : Pendekatan Multi Disiplin
Tindakan pengobatan:
1.      pembedahan,
2.      kemotherapi,
3.      radiasi,
4.      imunotherapi, atau
5.      kombinasi

Jenis Pembedahan :
1.      Biopsi
2.      Rekontruksi
3.      Paliatif
4.      Adjuvant
5.      Pembedahan primer otak
6.      Reseksi metastasis
7.      Profilaksis : polip
8.      Kuratif

Kemotherapi

Penggunaan obat anti kanker yang bertujuan mematikan sel kanker
Indikasi dan prinsip :
1.      Sebanyak mungkin mematikan sel kanker seminimal mungkin mengganggu sel normal
2.      Dapat digunakan untuk : pengobatan, pengendalian, paliatif
3.      Jangan diberikan jika bahaya/komplikasinya lebih besar dari manfaatnya
4.      Obat kemotherapi umumnya sangat toksik Þ teliti/cermat evaluasi kondisi pasien

Komplikasi Kemotherapi
1.  Efek samping :
-  nausea, vomiting
-  alopecia
-  rasa (pengecap) menurun
-  mucositis
2.  toksik
-  hematologik : depresi sumsum tulang, anemia
-  ginjal, hepar

Radiotherapy
  1. Menggunakan X-ray atau radiopharmaceuticals (radionuclides)
  2. Pada X-ray therapy, radiasi diberikan secara lokal untuk menghindari kerusakan jaringan sehat lainnya.

Pengkajian Keperawatan pada Askep Kanker

A.    Sistem Integumen
1. Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
2. Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
3. Perhatikan pigmentasi kulit
4. Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

B.     Sistem Gastrointestinal
1.  Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
2.  Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3.   Kaji diare & konstipasi
4.   Kaji anoreksia
5.   Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan

C.     Sistem Hematopoetik
1.  Kaji Netropenia
a.  Kaji tanda infeksi
b.  Auskultasi paru
c.  Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
d.  Kaji suhu
2.  Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 - menengah, < 20.000/m3 - berat
3.  Kaji Anemia
a.  Warna kulit, capilarry refill
b.  Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

D.    Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1.  Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif - terutama bleomisin
2.  Kaji tanda CHF
3.  Lakukan pemeriksaan EKG
E.     Sistem Neuromuskular
1.  Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2.  Perhatikan adanya parestesia
3.  Evaluasi refleks
4.  Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5.  Kaji gangguan pendengaran
6.  Diskusikan ADL

F.      Sistem Genitourinari
1.  Kaji frekwensi BAK
2.  Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3.  Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4.  Monitor BUN, kreatinin

Diagnosa Keperawatan pada Askep Kanker
1.  Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
2.  Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
3.  Resiko gangguan Perfusi Jaringan
4.  Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
5.  Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
6.  Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
7.  Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut
8.  Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
9.  Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia
10.  Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi

Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia
  1. Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun:
  2. Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi
  3. Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang dimiliki
  4. Kebiasaan kebersihan diri
  5. Pola tidur
  6. Pola makan
  7. Pola eliminasi
  8. Riwayat & pemeriksaan fisik
  9. Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat eliminasi, adanya exudat
  10. Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan
  11. Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas
  12. Fungsi pernafasan & suara nafas
  13. Laboratorium: DPL
  14. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
  15. Lindungi klien dari terpaparnya bakteri
  16. Tempatkan klien di ruang isolasi
  17. Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang menginformasikan: pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk, pengunjung yang FLU dilarang masuk dan DILARANG membawa buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien
  18. Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi per-IM dan mengukur suhu per-rektum
  19. Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area perineum dalam kegiatan perawatan klien
  20. Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau apabila ada tanda-tanda plebitis
  21. Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)
  22. Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas kesehatan yang FLU (atau infeksi lain) atau yang merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi
  23. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3
  24. Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien
  25. Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur
  26. Monitor angka lab neutrofil
  27. Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area tertentu (mukosa mulut, tempat bekas penusukan suntik/infus, dll)
  28. Monitor perubahan warna urin, sputum & feses

Diagnosa 2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
  1. Lakukan tindakan khusus jika trombosit menurun / meningkat
  2. Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan
  3. Pasang tanda “Dilarang”  injeksi per IM dan pemberian obat aspirin
  4. Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5 menit
  5. Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan dental floss
  6. Pasang pembatas tempat tidur
  7. Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari
Monitor terjadinya perdarahan
  1. Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan
  2. Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt
  3. Monitor hematokrit & trombosit
Lapor dokter jika ada tanda perdarahan
Diskusikan tanda & gejala infeksi yang terjadi ke dokter yang bertanggung jawab, kolaborasi perlu tidaknya dilakukan pemeriksaan kultur, pemberian antipiretik & antibiotik

Diagnosa 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
  1. Kaji tanda dan gejala anemia
  2. Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang), <25%>
  3. Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang: meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing, nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)
  4. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
  5. Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.
  6. Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.
  7. Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi
  8. Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen
  9. Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
  10. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia
  11. Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-istirahat
  12. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel dan kismis

Diagnosa 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
  1. Anjurkan klien untuk minum 3L/hari
  2. Monitor intake-output tiap 4 jam
  3. Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah
  4. Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa
  5. Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program
  6. Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc
  7. Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program

Diagnosa  5. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
  1. Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding & langit-langit mulut) & kaji adanya stomatitis tiap shift. Ajarkan pada klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis
  2. Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum
  3. Kaji status nutrisi klien
  4. Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2 jam
  5. Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan BicNat (1 sdt dicampur 800 cc air) tiap 4 jam atau,
  6. Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau
  7. Obat kumur Listerine
  8. Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss, & tidak dilakukan jika leukosit <1500/mm3>
  9. Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur & saat sedang iritasi mukosa
  10. Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara banyak minum dan menggunakan pelembab bibir
  11. Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) & jelaskan pada klien

Diagnosa 6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
  1. Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur dilakukan tiap 3 jam
  2. Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)

Diagnosa 7. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut
  1. Kaji kemampuan komunikasi klien
  2. Kaji adanya sekret yang kental yang sulit untuk dikeluarkan, anjurkan minum hangat
  3. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien tidak dapat berkomunikasi verbal
  4. Responsif terhadap bel panggilan dari klien

Diagnosa 8. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
  1. Kaji area kulit perineum
  2. Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat membilas sesudah bab
  3. Oleskan anastetik topikal K/P
  4. Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum
  5. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat Kemoterapi
  6. Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin bening
  7. Diuresis dengan furosemid sesuai dg program
  8. Ukur pH urin (pH > 7)
  9. Cegah dehidrasi dan muntah yang masif
  10. Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari
  11. Monitor hasil lab ureum, creatinin

Diagnosa 9. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia
  1. Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan
  2. Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh rambut yang baru
  3. Anjurkan klien menceritakan perasaannya
  4. Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang
  5. Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang
  6. Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS
  7. Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo baby, “sun cream”, dll
  8. Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam & topi jika bepergian

Diagnosa 10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
  1. Bina rasa saling percaya
  2. Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da fungsi seksual
  3. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien
  4. Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual
  5. Alternatif pengekspresian seksual
  6. Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri
  7. Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit
  8. Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya
  9. Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual
  10. Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga
  11. Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya
  12. Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi
 sumber dari : onkologi/Askep Kanker _ NursingBegin.com.htm
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls